Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Khayalin Dulu Aja

Aku mau cerita, Jadi hari ini aku buat list tujuan-tujuan finansialku beserta tahun target. Dan kamu tahu besaran uang yang aku tulis untuk mencapai tujuan-tujuan itu? Sepertinya hampir 100 juta rupiah. Atau lebih ya? Lupa aku tapi ya sekitar itu. Dalam jangka waktu 5-6 tahun Setelah aku nulis itu ya, kayak pengen bilang sama diri sendiri: Woyy duit dari mana segitu banyak, dalam jangka waktu segitu. Sedangkan cicilan-cicilan aja yang mengalokasi hampir setengah gajiku belum lunas. Jadi pengen ketawa ngenes, tapi aku pengen tujuan-tujuan itu kecapai. Tapi gatau gimana caranya 🤣🤣 Kalau hitung-hitungan manusia, apalagi dengan laju inflasi, makin pusing aku, wkwkw tapi Allah kan Maha Kaya, ga ada yang ga mungkin. Sebelum uangnya ada, aku khayalin dulu aja, kan Allah sesuai prasangka hambaNya (Rayuan maksa hehehe) Kan aku pernah baca buku “Secret” judulnya. Ini tentang kekuatan pikiran. Apa yang sering kita pikirkan, begitulah semesta akan bekerja sesuai yang kita pikirin.

Banyak Keluh, Sedikit Syukur : Aku

Bismillahirrohmanirrohim Ada satu ayat yang relate banget sama situasi kita yang kayak sekarang ini. Katakanlah, "Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur." (Al Mulk : 23) .. Sedikit sekali kamu bersyukur.. Bukan, aku bukan mau cerita kalau ini kamu. Tapi ini tentang aku, iya, ini tentang aku. Di masa-masa serba terbatas gini, gerak terbatas sampai uang pun terbatas. Aku, sebagai manusia, sering banget ngeluhnya. Iya, aku manusia. Allah sebutkan manusia itu tukang ngeluh, ya aku ini contohnya. Saat mengeluh itu, aku lupa, kalau Allah udah kasih aku banyak banget. Kalau dibandingin sama yang aku belum dapat atau sesuatu yang hilang dari aku atau sesuatu yang ga jadi aku dapet, ya jauh banget. Yang Allah kasih tuh lebih dari segala yang aku keluhin. Terus Allah bilang lagi: .. sedikit sekali kamu bersyukur .. Allah sebut lagi menunjuk aku, aku hambaNya yang tuka

Salam

Assalamu’alaikum shalihin, shalihat dan manusia penduduk bumi It’s okay walau pembaca blog ini ga sebanyak itu 😁 Kali ini aku pengen cerita betapa Allah selalu mendengar kita. Jadi belum lama sekilas aku denger tausiah ustadz Adi (semoga Allah selalu menyayangi beliau) tentang orang yang puasa itu doa nya ga sekedar doa niat sahur atau doa berbuka aja. Tapiiii.. sebelumnya udah pada tau kan kalau salah satu keadaan ga tertolak doa itu adalah saat orang berpuasa hingga dia berbuka? Yup.. Kata ustad Adi, momen berbuka itu harus dimaksimalin doa nya. Berdoa atas syukur nikmat sahur, puasa, berbuka dan segala kenikmatan dan rahmat yang Allah berikan kepada kita, termasuk mendoa kan pandemi ini segera berakhir dan doa-doa lain yang kita butuhkan/ inginkan. Kalau soal doa meminta, pastilah nomor 1 buat list mau apa aja, (hmm walau amal sama dosanya aku bikin malu pas mau kasih proposal doa ke Allah ya) Antara kemarin atau dua hari yang lalu, aku praktekan. Ditambah lagi saat i

Islam: Kehidupan secara Holistik

Kadang agama hanya dikaitkan dengan urusan beribadah Aja, padahal Islam sebagai agama mencangkup kehidupan secara menyeluruh, percaya ga? Lagi pengen sharing aja, jadi santai aja saya cara nulisnya yaa.. Awalnya pengen nulis ini karena beberapa kali komentar: "Jangan baca buku tentang agama Aja, baca juga buku2 lain, misal filsafat dll buat menyeimbangkan." Okay.. hmm mulai dari Mana ya. Jadi dalam Islam itu seperti yang disebutin di awal paragraf bukan cuma ngatur ibadah aja, bukan cuma ngatur deketin diri ke Allah tapi mengabaikan dunia. Ilmu-ilmu yang banyak berkembang sekarang ini, buah hasil ilmuwan Islam, ya cuma banyak yang diaku sebagai hasil dunia Barat. Di Al Quran, begitu banyak diterangkan tentang banyak hal. Dunia perang, dunia kesehatan, dunia astronomi, dunia teknik, dunia sosial, dunia psikologi, sastra, filsafat, dunia suami istri, parenting, dunia politik, teori pembentukan Alam semesta, teori perkembangan Janin manusia dan masih banyak lagi, oiya termasuk s

Perspektif Berbeda

Alhamdulillah Hari ini bisa dapet kesempatan ikut kajian lagi. Udah lupa kapan terakhir ikut kajian saking terlalu lamanya huhuhu.. Hari ini temanya... Kalau saya boleh membuat garis besarnya adalah bagaimana memandang wabah Corona dalam perspektif yang Berbeda dalam balutan kacamata Islam. Jadi Hari ini kajian diisi oleh dua gurunda yang MasyaAllah penyampaian ilmunya mudah dicerna oleh saya yang perlu banyak belajar dan fokus ini. Corona, bisa dibilang sebagai hot topic mulai sekitar akhir 2019-saat ini. Satu kata yang dapat membuat paranoid orang-orang dari berbagai negara. Termasuk di Indonesia, yang dalam seketika setelah diumumkannya ada pasien suspect Corona, seketika orang-orang berbondong-bondong membeli perlengkapan kesehatan. Untuk menyelamatkan diri perseorangan atau kelompoknya, yang sebagian dari mereka tidak memikirkan kepentingan orang lain. Semakin terlihat lah bagaimana penyakit Wahn sudah menjangkiti Kita. Apapun yang Allah berikan kepada Kita, entah itu menyenangkan

Genggam, Erat, Dekap

Untuk engkau yang datang Tanpa tanda lagi suara Menggenggam tanganku yang hampa Untuk melangkah bersama Hujan baru saja reda Membasahi kedua pelupuk mata Kau menatap tanpa tanya Membuatku tersenyum hingga tertawa Semua akan baik-baik saja Walau hidup kadang bergemuruh Asalkan bersama dan membersamai Ucapnya kepadaku Terima kasih telah melalui perjalanan panjang Mengisi ruang kosong dan menjawab rindu Mengurai kisah, yang sebelumnya dalam koma Hingga mencapai titik untuk bab baru Ku tak menjajikan denganku kan bahagia Ku hanya ingin bersama-sama Saling menggenggam dan mendekap Untuk melukis bahagia, bersama

Manusia Namanya

Kamu tau ga,  kalau Allah berulang kali menyelamatkanmu Menarik tanganmu dari tepi jurang Dan mengangkatmu erat dalam keselamatan Allah pun sering menyembuhkanmu Menyusun kepingan jiwamu yang remuk Dan membingkainya kembali  Dengan penuh kasih dan sayangNya Namun, kita, manusia, terlalu bodoh Terlalu bodoh untuk menjatuhkan diri, Meremukan diri sendiri setelah berulang diselamatkan Setelah jatuh, patah dan Tak berdaya.. Kamu menyeru dari dasar jurang dalam, Lagi gelap dengan penuh Luka.. "Ya Rabb, tolong aku"

Terka dan Tanya

Selama ini.. Mungkin, Kita lebih banyak menerka Sibuk menebak, apa yang orang lain rasa Dari sudut pandang Kita, bukan dia Kita memang butuh jeda, Untuk Tau, sejauh mana kita berada Apakah lekat atau.. hanya sesaat Yang kalaupun hilang, tak menimbulkan tanya

180°

Hidup bisa berubah 180° semudah membalikan telapak tangan Aku, kamu ataupun mereka, pasti pernah ataupun sedang mengalami perubahan hidup yang signifikan, yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Semua terasa berputar balik. Aku? Pernah. Tertipu puluhan juta, uang hasil mengumpulkannya sedikit-sedikit raib tanpa jejak. Impian kami hilang. Hingga akhirnya kami mengikhlaskan. Bapak sakit hingga akhirnya Allah lebih menyayanginya. Dalam durasi seminggu. Bapak sakit yang begitu cepat menurunnya. Dari yang hilang kemampuan bicara, hingga didiagnosa stroke dan setengah badannya tak dapat berfungsi. Aku yang selama hidup, belum pernah merasa sulit secara finansial karena kedua orang tua selalu mencukupi dan kakak-kakak yang selalu memberikanku banyak hal, baru kali itu merasa sempit dan bingung Cari uang kemana, karena gaji penuhku saja hanya cukup membiayai obat setengah bulan, itupun kalau tidak dipotong untuk makan dan transport. Tidur dialas seadanya bersama keluarga pasien lain. Makan s

Lurus

Wallahi.. Lurusin niat karena Allah Kadang mikir sih, giliran susah inget Allah, giliran buat dosa, boro-boro inget Allah. Malu banget beneran. Lurusin niat ngelakuin segala hal karena Allah itu yaa.. ga mudah, perjuangan. Tapi gapapa, kan perjuangannya demi Allah. Buat tobat perjuangan nya ga mudah, ya kalau mudah Masa ganjarannya gede banget sampe diampunin dosanya. Namanya ngelurusin yang bengkok harus Ada paksaan, ya namanya dipaksa pasti sakit-sakit dikit ya gapapa. Ingeeet ga boleh sengaja balik lagi, tobatnya beraaaaat, sia-sia nanti.

Kamu Tau?

Waktu yang lalu ialah kemustahilan untuk kembali Waktu yang akan datang ialah ketidakpastian Waktu disaat ini adalah yang benar-benar kita miliki Kamu tau? Pagi tadi tiba-tiba aku sedih. Serasa sekali memang waktu sempit sekali. Berita kematian mendadak jadi mengingatkan: "Hey waktu kamu ga banyak. Masih mau menyia-nyiakan?" Kami tau? Perubahan hidupmu 180° dapat terjadi dalam sekejap. Sekejap rasa itu hanya mimpi, namun tak sekalipun kamu bangun, karena itu nyata. Aku pernah merasakan, hingga memastikan diri sendiri saat itu mimpi atau bukan. Kamu tau? Mudah bagi Allah untuk memanggil kembali makhlukNya (manusia). Kehilangan orang-orang disekitar Kita, dimana pun, kapan pun, tanpa diduga sekalipun. Atau malah kita yang kehilangan nyawa. Jadi masih mau menyia-nyiakan orang-orang yang masih ada membersamai diwaktu yang kian menghimpit? "Jangan sia-siakan waktu, jangan sia-siakan orang-orang yang menyayangi dan selalu membersamaimu, sebelum datang sesal yang tidak dapat me

Apa Kabar Kamu?

Kamu .. apa kabar? Lama sudah tidak menyapa. Kataku pada diri sendiri. Seberapa banyak waktu kau habiskan untuk mendengarkan orang lain dengan segala asumsi dan opini, Seberapa lama kau berada di riuh ibukota beserta derunya? Seberapa sering lelahmu saat pulang hanya menyisakan waktu untuk tidur dan bangun keesokannya harinya untuk mengulang proses yang sama setiap harinya? Seberapa banyak kau sudah luangkan waktu untuk dirimu sendiri bercerita dan mendengarkan setiap keluh dan perasaannya mengalir tanpa penghakiman atau hardikan? Kamu apa kabar? Kembali kutanyakan kabarku malam ini. Akhir-akhir ini ku merasakan emosi yang bergelombang. Sedih, marah, tenang, syukur, ketidak terimaan, harapan, kebosanan hingga kehampaan. Aku sering ingin bertanya mengapa hal-hal tertentu terjadi padaku. Hingga bertanya seberapa pantas aku hingga aku diperlakukan begini dan begitu. Semakin aku mengulang lagi tak temu jawab, ku semakin marah dan tak terima. Tidak apa-apa untuk merasa tidak baik-baik aja.

Waktu dan Mengenal

Lamanya waktu saling kenal, tidak menjamin semakin dalam saling mengenal Itulah yang aku pelajari akhir-akhir ini. Bisa jadi kau mengenalnya bertahun-tahun merasa sudah tahu luar dalamnya karakter seseorang karena lamanya kalian bersama. Seperti menjadikan pacaran sebagai alasan untuk saling mengenal. Tapi apakah ini selalu benar? mungkin bagi sebagian benar, tapi bagi sebagian lain tidak. Bagaimana mungkin mereka yang sudah pacaran hingga hampir 10 tahunan bisa putus? Bagaimana mungkin mereka yang sudah menikah puluhan tahun bisa bercerai? Tentu jika dikaitkan dengan teori durasi kenal berbanding lurus dengan dalamnya mengenal, akan ada celah kosong yang menjadi tanya validitas teori tersebut.

Musim

Seperti musim yang silih berganti, Begitu pun hidup dan perasaanmu mengisi, Tak melulu tawa, tak melulu sedih, Masing-masing memiliki porsi. Awan pun sesekali menangis, Bahkan hingga berhari-hari. Jadi kamu juga tak apa-apa, Setidaknya tangismu tidak akan membuat banjir Kadang matahari pun marah, Teriknya membakarmu tak kira, Memerah keringatmu hingga kadang berserapah, "Panas banget sih!" Tapi ada masanya musim panen, Dimana kamu bebas mengecap, Manisnya berbagai buah, Dengan harga yang murah

A Moment To ..

it may make you struggled but remember Allah is always with you Sebagai manusia, aku, kamu ataupun mereka pasti pernah merasa beragam jenis emosional dari yang positif sampai negatif yang hampir saja membuat menyerah dan ingin bertanya: Kenapa aku? Kamu tau ga, kalau Allah lebih kenal kamu dibanding diri kamu sendiri. Jadi Allah tau kamu mampu, tugas kamu menjalaninya, mengurai benang kusut pada masalahmu, bersabar dan berdoa. Mungkin kata-kata inilah yang ingin ku katakan pada diriku sendiri saat masa-masa putus asa menghampiri. Bebaskan berekspresi, cuma jangan berlebih. Curahkan rengekan di sepertiga malam. Kalau sulit bangun masih menjeratmu, coba terus lagi dan lagi. Adukan semua ke Allah, bahkan seremeh hal: Ya Allah Aku tadi pagi kecipratan genangan air karena orang yang bawa motor disampingku. Kamu tau ga, Allah sering ajak ngobrol kita. Menjawab segala tanya yang sering kita lontarkan. Pernah suatu ketika aku bilang: "Ya Allah aku sedih, terasa penuh hati jauh dari tenang

Weather change, so do we

"Lama tak berjumpa," ucapnya diiringi suara seruput kopi dari cangkir yang masih membawa asap. Tatapannya mengangkat perlahan pada lawan bicara didepannya. "Iya, sangat lama." Pria berambut hampir sebahu menjawabnya. Tak lama sepotong cookies menari-nari dimulutnya. "Ada apa? Ku kira kita tak memiliki keperluan untuk bertemu lagi." Katanya seraya menarik bahunya bertopang pada punggung kursi. Tangan kirinya menyanggah kepala kirinya. Ekspresinya begitu datar namun tatapan tajam pada lawan bicaranya itu. Pria didepannya melumatkan cookies di mulutnya dengan secangkir cappuccino berukir daun pakis di atasnya. "Aku merindukanmu"  Wanita itu terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Omong kosong," Pria itu mencondongkan badannya ke depan. "Tak kah kamu ingin bertemu denganku? Bukankah dulu kamu yang memohonku untuk tetap tinggal?" Sebelah alisnya naik sambil mengaduk-aduk kopi yang baru saja ia tambahkan gula. "Kamu pi