Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Aku Lapar

Aku Lapar, perutku berdenyit memutar rasanya ada sesuatu yang hendak aku muntahkan ia ada di tenggorokanku Aku lapar, Lambungku meraung Ususku kian memeras dindingnya agar tak terisi udara semu mungkin akan tiba waktunya lapar terkalahkan oleh waktu yang menggilas pergi semua raungan itu semua jeritan yang berubah menjadi ketiadaan

Cold Heart

Berhati dingin,pembunuh berdarah dingin, apakah sama? ya mungkin mereka sama namun beda mereka sama-sama terlihat dingin dan kejam namun,si hati dingin tak membunuh nyawa ia membunuh harapan yang belum sempat berbunga agar bisa menjadi tunas harapan baru yang lebih baik

Analogi Matahari

dua momentum itu telah merubah matahari cerah membeku dalam lapisan es tak biasa ya, hanya dua momentum sederhana namun berakibat luar biasa walau sudah terkungkung es, matahari itu masih bersinar bukan lagi sinar yang menghangatkan, namun sinar dingin yang menusuki tulang-tulang matahari terjebak dalam penjara tak berpintu terduduk ringkih tak berdaya dalam ruang semu matahari menatap sendu kepada bumi, "apa yang harus aku lakukan? aku tak mau membuat mereka mati karena sinarku yang tak lagi hangat memeluk, sinarku kini telah berubah,kini ia hanyalah pemadam harapan,penghapus mimpi" matahari menutup matanya, dan menarik sinarnya perlahan, hingga redup, redup dan gelap gulita kini matahari tak hanya terpenjara dalam ruang es, namun juga tenggelam dalam ketakutan tak bergeming, tak bersuara posisinya pun tak berubah sejak pertama ia tutup mata dalam batinnya, berulang ia gumamkan "bagaimana caranya aku keluar

Tentang hati,

perkara hati, ya, sering orang ku dengar menyebutnya seperti itu memang betul kadang hati sering membuat perkara yang kadang malah membuat sakit kepala hati-hati dengan hati ia bisa menjadi cahaya nurani kadang pula pengacau mimpi hati melibatkan persepsi memberikan efek getaran saat bertemu dengan medan magnetnya menyajikan sensasi resah namun menginginkan lagi tak jarang juga menghadirkan rasa bersalah saat kisahnya tak terselesaikan sempurna meninggalkan jejak dalam dalam dimensi tak teraba

Kita sama, sama-sama bahagia

Bahagia, sedih, kecewa, marah  dan berbagagai macam kata yang menggambarkan emosional tak memiliki parameter eksak dalam penilaiannya. semua hanya persepsi, sudut pandang mana yang kita pilih untuk melihatnya dan langkah apa untuk menghadapinya jadi tak ada kata seseorang lebih bahagia dari seseorang lainnya ataupun sebaliknya kita sama, sama-sama bahagia, selama kita memilih untuk itu