Langsung ke konten utama

Renunganku

 rasanya.. ya sedih, kenapa hal itu harus dikeluarkan disaat emosiku sebenarnya juga sedang menggembung dan siap meledak. Kenapa pas banget saat aku mau pergi survey? Dalam hatiku ga bisa ditunda ya sampe aku pulang survey? Sebelum dia menyatakan untuk hidup masing-masing dan saling tidak ketergantungan, aku sudah berpikir kita memang sudah seharusnya mulai belajar menjauh. Tapi.. aku tidak menyangka ini terjadi seperti bom. Aku akui aku overreacting, overthinking saat dia mulai menyinggungku dengan kata-katanya. Saat dia bilang ga mau di gitu-gitu lagi karena kata-kataku pada malam sebelumnya bilang aku sedih saat dia lama merespon dan responnya ga nyambung. Seperti aku yang berusaha untuk ada dan menanggapi kata-katanya, dan aku merasa apa yang aku katakan itu bagai angin lalu, yang mostly saat aku mengutarakan sesuatu dia malah membuka topik yang lain tentangnya. Aku merasa tidak dilihat ada.

 

Iya, memang timing yang tidak tepat kurasa sampai semuanya meledak seperti itu. Dan juga aku bukan siapa-siapa yang bisa menuntut. Aku hanya mau jujur apa yang aku rasa. Karena kan aku juga manusia yang bisa senang bisa sedih, kalau dia ga mau dengar dan terima rasa sedihku, apakah aku harus pakai topeng terus dan berpura-pura bahagia?

 

Dia dari dulu setiap ada masalah selalu minta aku mikir, mikir, mikir. sebenarnya, aku tipe orang yang akan mengoreksi diriku sendiri, jika diberikan waktu. Tapi kalau dengan perintah “mikir! Mikir! Mikir!” Aku merasa terpojokan seperti penjahat. Aku merasa segala yang aku lakukan ke dia selalu salah dan ga beres. Seperti aku merasa tidak ada hal baik dan beres yang aku lakukan untuk dia. aku merefleksikan tindakanku, yang jika ku tuliskan dalam poin sebagai berikut:

 

  • Aku terlalu attached ke dia. Aku tidak tergantung tindakan, aku bisa melakukan banyak hal segala mandiri, aku terikat secara perasaan yang merasa dia adalah tempat teraman untuk aku cerita, muara yang buat aku bisa melupakan penatku sesaat yang kadang kalau aku mau cerita sedih jadi lupa mau cerita pas ketemu dan main bareng
  • Aku overthinking dari kata-kata dia apalagi saat dia bilang aku untuk menjauh dan masing-masing, yang selanjutnya ditambahkan karena kata-kataku. Kalau kita mau beradu argumen hitung-hitungan kesalahan tentu kita tidak ada titik temu. Saat itu aku akui aku berlebihan dan bereaksi karena ucapan dia, karena rasanya semua bertumpuk dan bertumbuk dari tumpukan kecemasanku untuk pergi survey, perasaan yang sudah berhari-hari menumpuk dan tidak tersalurkan, saat ditambah sentilan itu menjadi meledak tidak terkendali
  • Aku menyudutkan dia dari segala arah. Aku tidak bisa membendung luapan emosiku. Semuanya terasa sesak dan kumerasa tidak adil
  • Saat emosiku memuncak, aku sering mengungkit dan menarik sakit hatiku ke dia dimasa lalu. Aku seketika menjadi ahli sejarah. Menyebutkan hal berulang yang sudah lalu
  • Aku berkata kasar dan sarkas. Kurasa ini menyakiti harga dirinya
  • Aku menyerang dia dari berbagai sudut
  • Aku berkata berkali kali lipat dari yang dia katakan
  • Aku mudah curiga dia dekat dengan mantannya. mungkin memang dari awal hubungan kami dulu ini jadi trust issue untukku.

 

Mungkin ada lagi, coba aku pikirkan dulu lebih dalam. Aku ngantuk mari tidur dengan lebih tenang.

 

Oh iya kemarin aku lihat postingan orang tentang zhalim ke diri sendiri yang buatku berpikir segala yang ada ditubuhku itu bukan milikku, termasuk badan, hati/ perasan dan otakku untuk berpikir. Jadi kalau ini bukan milikku, apa wewenangku untuk membuat mereka sakit dan sedih? Ini membuatku lebih lega

Komentar

Postingan populer dari blog ini

You Don't Need to Be Perfect

"Hey, kamu itu cantik. Ga usah malu atau minder" Buat para cewek nih, ada yang pernah ngomong sendiri di depan kaca ga kayak gini? Atau.. "Kamu ga apa-apa, kamu baik-baik Aja" ngomong gini ke diri sendiri saat sebenernya ya kamu lagi ga baik-baik Aja. Apa kamu akan ngerasa lebih baik dengan membohongi diri sendiri dengan kata-kata bak oase ? Tau ga? Kamu ga akan langsung berubah jadi cantik seperti artis-artis wanita korea yang kulitny sebening susu. Atau kamu ga akan tiba-tiba menjadi lega, dengan berpura-pura beban atau masalah kamu itu sepele atau menipu itu tidak akan membuat kamu patah, walau nyatanya remuk sudah hatimu itu. Kalau ga cantik emang kenapa? Masalah? Ga cantik bukan dosa. Selama masih ada 2 Mata, 2 hidung, 2 telinga dan 1 mulut, udah Alhamdulillah banget bukan? Ga ada dalilnya ga cantik masuk neraka. Begitupun hidup ga harus selalu tampak bahagia dan ketawa. It's okay to feel not okay dear. Ga ada gunanya menghindar dari masalah dan memaksa dir...

Sepotong Hati yang Tak Sempat Melengkapi

Banyaknya kesamaan dan tawa yang aku dan kamu miliki dan berbagai rasa yang sempat saling berbagi, membuat aku mengira kamu adalah potongan hati pelengkap milikku. Namun aku lupa satu hal, untuk dapat melengkapi satu sama lain, yang aku butuhkan bukanlah bentuk potongan yang sama, melainkan potongan yang saling menggenapi kekosongan yang aku punya dan begitupun aku yang dapat mengisi kekosongan yang kamu punya. Kita telah mencoba dalam skala waktu yang semakin lama semakin membuat aku dan kamu saling terluka, dalam pemaksaan untuk menyatukan potongan itu. Hingga akhirnya kita menyadari usaha kita lama kelamaan hanya akan merusak potongan hati yang kita punya, entah itu patah, sobek, retak ataupun memar. Semakin kita mencoba, semakin kita melukai satu sama lain hingga rasanya benturan kecil akan membuat retak menjalar dengan rapuhnya untuk saling menggugurkan. Malam itu, saat tangis antara aku dan kamu saling tertahan. Saat aku dan kamu butuh untuk saling menguatkan dan berkata, ...

A Moment To ..

it may make you struggled but remember Allah is always with you Sebagai manusia, aku, kamu ataupun mereka pasti pernah merasa beragam jenis emosional dari yang positif sampai negatif yang hampir saja membuat menyerah dan ingin bertanya: Kenapa aku? Kamu tau ga, kalau Allah lebih kenal kamu dibanding diri kamu sendiri. Jadi Allah tau kamu mampu, tugas kamu menjalaninya, mengurai benang kusut pada masalahmu, bersabar dan berdoa. Mungkin kata-kata inilah yang ingin ku katakan pada diriku sendiri saat masa-masa putus asa menghampiri. Bebaskan berekspresi, cuma jangan berlebih. Curahkan rengekan di sepertiga malam. Kalau sulit bangun masih menjeratmu, coba terus lagi dan lagi. Adukan semua ke Allah, bahkan seremeh hal: Ya Allah Aku tadi pagi kecipratan genangan air karena orang yang bawa motor disampingku. Kamu tau ga, Allah sering ajak ngobrol kita. Menjawab segala tanya yang sering kita lontarkan. Pernah suatu ketika aku bilang: "Ya Allah aku sedih, terasa penuh hati jauh dari tenang...