Langsung ke konten utama

Memilih Pemimpin

"Seandainya aku memiliki doa yang mustajab, aku akan tujukan doa tersebut pada pemimpinku.”

Ada yang bertanya pada Fudhail, “Kenapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Jika aku tujukan doa tersebut pada diriku saja, maka itu hanya bermanfaat untukku. Namun jika aku tujukan untuk pemimpinku, maka rakyat dan negara akan menjadi baik.” (Hilyatul Auliya’ karya Abu Nu’aim Al Ashfahaniy, 8: 77, Darul Ihya’ At Turots Al ‘Iroqiy)

Memilih pemimpin.. bukan pemimpin tingkat kepala keluarga, RT ataupun tingkat kelurahan tapi pemimpin untuk suatu bangsa dimana kita di dalamnya. Tentu bukan perkara main-main karena kelak apa yang kita pilih pun akan dipertanggung jawabkan.

Lalu bagaimana caranya memilih pemimpin terbaik?

Yaitu itu jika terdapat dua calon pemimpin, jika keduanya baik, maka cari yang lebih baik diantara keduanya dan membawa kemaslahatan bagi rakyat yang dipimpinnya lebih besar.

Kalaupun keduanya tak luput dari cela, pilihlah yang membawa keburukan atau mudharat lebih kecil bagi rakyatnya.

Terdapat kisah perbincangan antara Rasulullah sholallahu alaihi wa salam dengan Mu'adz ibn Jabal sebagai berikut:

Ketika Rasulullah SAW hendak mengirimnya ke Yaman, lebih dulu ditanyainya, "Apa yang menjadi pedomanmu dalam mengadili sesuatu, hai Mu'adz?" 

"Kitabullah," jawab Mu'adz. 

"Bagaimana jika kamu tidak jumpai dalam Kitabullah?", tanya Rasulullah pula. 

"Saya putuskan dengan Sunnah Rasul." 

"Jika tidak kamu temui dalam Sunnah Rasulullah?" 

"Saya pergunakan pikiranku untuk berijtihad, dan saya takkan berlaku sia-sia," jawab Muadz.

Maka berseri-serilah wajah Rasulullah. "Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasulullah," sabda beliau.

Maka.. bagi saya, seorang yang papa lagi fakir ilmu. Yang belum pula memahami Al Qur'an secara keseluruhan lagi fasih,  dan tak pandai sebagai pembelajar Hadits yang bahkan hanya mengingat sebagian dengan keterbatasan kecerdasan yang dimiliki untuk menghafal keseluruhan lagi mengamalkannya.

Maka.. mengikuti ijtima ulama adalah pilihan yang Saya pilih insyaAllah.

Mengapa mengikuti ijtima ulama?

Karena ulama jauh lebih berilmu lagi bersih hati dan penilaiannya insyaAllah bila dibanding diri yang sering tertipu oleh berbagai kesimpang siuran yg dilihat mata dan didengar telinga.

Wa sami'na wa atho'na

Kami mendengar dan Kami taat

Apa yang sebagian besar ulama putuskan akan suatu perkara, lagi mereka yg dikenal dan dipercaya akan ilmu lagi amanah atasnya, maka itulah yang diikuti.

Bukan perihal merasa lebih suci dengan membawa nama ulama sebagai alasan dalam memilih pemimpin negeri yang kiasnya disebut sebagai dunia politik,

Tapi karena diri ini banyak dosa yang meliputi.

Bukan perihal merasa lebih pintar,

Tapi karena kurangnya ilmu dan kayanya alpa lagi khilaf.

Bukannya karena tidak bisa memutuskan sehingga ikut-ikutan,
Tapi memilih mengikuti ijma ulama adalah suatu keputusan.

Dear pembaca,

Sejujurnya saya merasa terganggu dengan istilah yang disematkan baik bagi pendukung paslon presiden 01 ataupun 02.

Cebong dan kampret.

Kenapa menyamakan manusia dengan hewan. Padahal manusia diciptakan lebih baik dari hewan dengan kelebihan akal dan Hal-hal lainnya.

Mohon maaf jika saya pernah pula menyematkan kata-kata itu dalam ucap saya walaupun hanya dimaksudkan sebagai candaan.

Perbedaan pilihan pasti ada, jangankan untuk perkara besar dalam memilih pemimpin, dalam memilih menu untuk dinikmati dalam satu keluarga ada beda.

Jadi biarkan perbedaan itu ada.

Oiya let me tell you one story.

Ini adalah cerita yang saya dapatkan sejak tahun 2015 akhir. Saat itu saya sedang diperjalanan pekerjaan saya di Bima, Nusa Tenggara Barat.

Tanpa Saya bertanya, seorang driver yang mengantar dan menemani saya selama disana bercerita. Cerita yang membuat saya sedari 4 tahun lalu, tepat setahun setelah pemilu presiden tahun 2014 mencanangkan siapa yang akan pilih selanjutnya.

Orang itu bercerita, ada seseorang yang tetap memberikan bantuan walaupun Pemilu telah usai, dan walaupun bukan dia yang memenangkan pemilu tersebut. Tentu kamu sudah bisa menerka siapa orang itu bukan?

Sebuah cerita dari orang itu yang bahkan tidak di expose media ataupula diliput wartawan yang mengantri dengan kamera dan microphone untuk mengambil momen. Tapi cerita dari mulut ke mulut yang tidak diketahui banyak pihak yang jauh di mata lagi jauh teraba.

Saya hanya ingin menitipkan sepenggal doa dalam pemilihan pemimpin kali ini.

Karuniakan kepada kami pemimpin yang adil, amanah, cerdas lagi jujur.

Sungguh Allah lebih tahu.

Mohon maaf jika Ada kesalahan ataupun tulisan yang kurang berkenan. Semoga ini bisa menjadi bagian kebaikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

You Don't Need to Be Perfect

"Hey, kamu itu cantik. Ga usah malu atau minder" Buat para cewek nih, ada yang pernah ngomong sendiri di depan kaca ga kayak gini? Atau.. "Kamu ga apa-apa, kamu baik-baik Aja" ngomong gini ke diri sendiri saat sebenernya ya kamu lagi ga baik-baik Aja. Apa kamu akan ngerasa lebih baik dengan membohongi diri sendiri dengan kata-kata bak oase ? Tau ga? Kamu ga akan langsung berubah jadi cantik seperti artis-artis wanita korea yang kulitny sebening susu. Atau kamu ga akan tiba-tiba menjadi lega, dengan berpura-pura beban atau masalah kamu itu sepele atau menipu itu tidak akan membuat kamu patah, walau nyatanya remuk sudah hatimu itu. Kalau ga cantik emang kenapa? Masalah? Ga cantik bukan dosa. Selama masih ada 2 Mata, 2 hidung, 2 telinga dan 1 mulut, udah Alhamdulillah banget bukan? Ga ada dalilnya ga cantik masuk neraka. Begitupun hidup ga harus selalu tampak bahagia dan ketawa. It's okay to feel not okay dear. Ga ada gunanya menghindar dari masalah dan memaksa dir...

Sepotong Hati yang Tak Sempat Melengkapi

Banyaknya kesamaan dan tawa yang aku dan kamu miliki dan berbagai rasa yang sempat saling berbagi, membuat aku mengira kamu adalah potongan hati pelengkap milikku. Namun aku lupa satu hal, untuk dapat melengkapi satu sama lain, yang aku butuhkan bukanlah bentuk potongan yang sama, melainkan potongan yang saling menggenapi kekosongan yang aku punya dan begitupun aku yang dapat mengisi kekosongan yang kamu punya. Kita telah mencoba dalam skala waktu yang semakin lama semakin membuat aku dan kamu saling terluka, dalam pemaksaan untuk menyatukan potongan itu. Hingga akhirnya kita menyadari usaha kita lama kelamaan hanya akan merusak potongan hati yang kita punya, entah itu patah, sobek, retak ataupun memar. Semakin kita mencoba, semakin kita melukai satu sama lain hingga rasanya benturan kecil akan membuat retak menjalar dengan rapuhnya untuk saling menggugurkan. Malam itu, saat tangis antara aku dan kamu saling tertahan. Saat aku dan kamu butuh untuk saling menguatkan dan berkata, ...

A Moment To ..

it may make you struggled but remember Allah is always with you Sebagai manusia, aku, kamu ataupun mereka pasti pernah merasa beragam jenis emosional dari yang positif sampai negatif yang hampir saja membuat menyerah dan ingin bertanya: Kenapa aku? Kamu tau ga, kalau Allah lebih kenal kamu dibanding diri kamu sendiri. Jadi Allah tau kamu mampu, tugas kamu menjalaninya, mengurai benang kusut pada masalahmu, bersabar dan berdoa. Mungkin kata-kata inilah yang ingin ku katakan pada diriku sendiri saat masa-masa putus asa menghampiri. Bebaskan berekspresi, cuma jangan berlebih. Curahkan rengekan di sepertiga malam. Kalau sulit bangun masih menjeratmu, coba terus lagi dan lagi. Adukan semua ke Allah, bahkan seremeh hal: Ya Allah Aku tadi pagi kecipratan genangan air karena orang yang bawa motor disampingku. Kamu tau ga, Allah sering ajak ngobrol kita. Menjawab segala tanya yang sering kita lontarkan. Pernah suatu ketika aku bilang: "Ya Allah aku sedih, terasa penuh hati jauh dari tenang...