Langsung ke konten utama

Media Sosial

Media sosial.

Tentang apa itu media sosial, beragam jenis media sosial dan segala fitur kelebihan masing-masing jenis media sosial, sudah tidak perlu lagi dijelaskan. Segala keuntungan yang didapatkan pun seperti kemudahan dan kecepatan informasi disampaikan atau diterima sudah menjadi pengetahuan umum bagi para penggunanya.

Tapi seberapa jauh media sosial mempengaruhi hidup para penggunanya? Seberapa besar manfaat yang didapat?

Secara sadar atau tidak sadar, media sosial telah membawa banyak perubahan bagi kehidupan penggunanya. Media sosial secara diam-diam telah mencuri dua hal yang berharga milik kita.

TIME & MIND

Time atau waktu adalah bagian yang sangat berharga dalam kehidupan. Sekali waktu pergi, tak ada kesempatan kedua untuk kembali. Betapa pentingnya waktu bahkan disebutkan dalam salah satu surah Al Ashr di Al Qur'an, "Demi waktu..".

Let me ask you something, seberapa banyak waktu yang kamu habiskan dalam sehari bersama gadgetmu?

Saat kamu sibuk bersosialisasi di dunia virtual, membangun hubungan dan koneksi secara luas dengan orang-orang yang sulit terjangkau secara fisik, saat itu pula yang perlu direnungkan, seberapa besar kehidupan didunia nyata yang terlupakan atau bahkan rusak?

Sudah menjadi fenomena, dalam suatu pertemuan, justru masing-masing orangnya sibuk berseluncur didunia maya? Tersenyum pada layar gadget, membalas chat ataupun scroll halaman instagram? Sudah tidak asingkan dengan fenomena ini? Seakan sekumpulan orang yang berada pada tempat yang sama namun jiwanya berkeliaran dimana-mana. Seberapa banyak orang yang sudah meluangkan waktu bertemu denganmu namun berakhir diabaikan karena benda mistis bernama gadget dengan mantra bernama media sosial?
Diabaikan itu sakit saudara-saudara.

Seberapa banyak waktu yang kamu habiskan untuk mengomentari kehidupan orang lain dibanding mengomentari dan refleksi kehidupan kamu sendiri?

Mind atau pikiran. Allah sudah memberi kita kemampuan untuk berpikir, bahkan dibeberapa ayat-Nya, Allah memerintahkan kita untuk berfikir. Namun bukan untuk memikirkan kehidupan orang lain. Semakin mudah dan cepatnya berbagi informasi, bahkan informasi pribadi yang sebenarnya ga terlalu penting untuk jadi konsumsi publik, semakin pula membuat pikiran menjadi sibuk memperhatikan kehidupan orang lain dibanding kehidupan sendiri yang sudah meronta-ronta baper ingin diperhatikan. Mulai makan, minum, olahraga, jalan-jalan, kemesraan dengan pasangan (baik yang halal ataupun belum), masalah pribadi/orang yang di blow up sampai berbagai postingan untuk pembuktian betapa bahagia hidup orang yang mengunggah itu sampai semua orang harus tau.

Kalau kamu benar-benar bahagia, kamu tidak akan punya waktu untuk pamer kepada orang lain, karena pikiran dan waktumu habis untuk menikmatinya.

Media sosial tidak sepenuhnya berisi sampah. Media sosial pun bisa jadi tambang emas jika yang dibagikan adalah hal bermanfaat yang membawa manfaat. Media sosial bisa menjadi penyelamat di hari perhitungan jika membuat orang yang melihat konten yang kita bagikan membuat mereka jadi lebih dekat dengan Allah, namun bisa jadi penarik ke neraka kalau apa yang dibagika membuat orang lalai dengan Rabbnya apalagi sampai kufur nikmat. Naudzubillah..

Semoga ini menjadi self reminder penulis bila suatu waktu khilaf dalam bermedia sosial.

_______

Tulisan ini adalah bagian dari kegiatan Sabtulis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

You Don't Need to Be Perfect

"Hey, kamu itu cantik. Ga usah malu atau minder" Buat para cewek nih, ada yang pernah ngomong sendiri di depan kaca ga kayak gini? Atau.. "Kamu ga apa-apa, kamu baik-baik Aja" ngomong gini ke diri sendiri saat sebenernya ya kamu lagi ga baik-baik Aja. Apa kamu akan ngerasa lebih baik dengan membohongi diri sendiri dengan kata-kata bak oase ? Tau ga? Kamu ga akan langsung berubah jadi cantik seperti artis-artis wanita korea yang kulitny sebening susu. Atau kamu ga akan tiba-tiba menjadi lega, dengan berpura-pura beban atau masalah kamu itu sepele atau menipu itu tidak akan membuat kamu patah, walau nyatanya remuk sudah hatimu itu. Kalau ga cantik emang kenapa? Masalah? Ga cantik bukan dosa. Selama masih ada 2 Mata, 2 hidung, 2 telinga dan 1 mulut, udah Alhamdulillah banget bukan? Ga ada dalilnya ga cantik masuk neraka. Begitupun hidup ga harus selalu tampak bahagia dan ketawa. It's okay to feel not okay dear. Ga ada gunanya menghindar dari masalah dan memaksa dir...

Lingkar Pertemanan: Yuning Ika Rahmawati

Perkenalkan tentang temanku ini, Namanya Yuning Ika Rahmawati. Kami bertemu saat kelas 10 SMA, waktu itu yuning duduknya sama erni (cmiiw), tapi semenjak kelas 11-12 kami jadi teman semeja tapi beda bangku ya. Aku rasa kami berjodoh, karena saat kuliah kami dipertemukan di kampus yang sama, walau jurusan yang beda, tapi kelas kita tetanggaan. Beberapa teman yuning pun jadi temanku, dan beberapa temanku jadi teman yuning. Lalu kita bersama-bersama memperbesar lingkar pertemanan kita. Jika digambarkan dalam 5 kata dari sudut pandangku, maka yuning itu: CERDAS KRITIS AKTIF OPEN MINDED RAJIN/PEKERJA KERAS Sebenarnya masih banyak lagi sampai akupun kehabisan kata buat mendeskripsikannya. Yang pasti, dia salah satu influencer dan pemacu semangat untukku. Pribadinya yang aktif, supel dan penuh semangat positif, membuatku ingin berlomba pula buat jd aktif dan berfikir maju, aktif, produktif dan luas kedepan. Ya begitu aku, perlu pemicu yang konstan dan stabil agar bisa semangat menjad...

Sepotong Hati yang Tak Sempat Melengkapi

Banyaknya kesamaan dan tawa yang aku dan kamu miliki dan berbagai rasa yang sempat saling berbagi, membuat aku mengira kamu adalah potongan hati pelengkap milikku. Namun aku lupa satu hal, untuk dapat melengkapi satu sama lain, yang aku butuhkan bukanlah bentuk potongan yang sama, melainkan potongan yang saling menggenapi kekosongan yang aku punya dan begitupun aku yang dapat mengisi kekosongan yang kamu punya. Kita telah mencoba dalam skala waktu yang semakin lama semakin membuat aku dan kamu saling terluka, dalam pemaksaan untuk menyatukan potongan itu. Hingga akhirnya kita menyadari usaha kita lama kelamaan hanya akan merusak potongan hati yang kita punya, entah itu patah, sobek, retak ataupun memar. Semakin kita mencoba, semakin kita melukai satu sama lain hingga rasanya benturan kecil akan membuat retak menjalar dengan rapuhnya untuk saling menggugurkan. Malam itu, saat tangis antara aku dan kamu saling tertahan. Saat aku dan kamu butuh untuk saling menguatkan dan berkata, ...