Matanya menatap 30° kebawah, tepat ke arahku dengan tatapan seperti angin dingin yang membawa awan kelabu.
"Bagaimana perasaanmu?"
Aku membalas tatapnya yang serasa menusuk masuk kedalam mataku.
"Bagaimana menurutmu?" Balik aku bertanya dengan sunggingan senyum bulan sabit tak lebih dari 1 cm ke kiri dan ke kanan.
Dia melemparkan pandangannya jauh. Menarik nafas dalam dan membuang nafas serta pandangannya ke tanah.
"Tidak kah kamu sedih?"
"Jika itu pertanyaanmu tentu kamu tahu jawabnya, namun jika kamu bertanya, kenapa aku tak menangis, mungkin aku punya jawaban berbeda."
Mata kami kembali bertemu. Alisnya menaik dan dahinya mengerut seperti bertanya tanpa kata. Lalu aku menambahkan,
"Aku tak memintamu bertanya apa jawabannya atau pun melarangmu untuk tahu apa alasannya,"
Awan yang sebelumnya kelabu terbawa angin ke matanya, kini siap menurunkan hujannya pada langit gelap yang telah mendung sedari pagi. Tangannya meremas tanganku, seperti menahan sesak yang tak mampu lagi terkendali dari pengaturan nafasnya.
To be continued..
Komentar
Posting Komentar