Pada suatu senja, di balkon lantai 2 rumah berwarna abu-abu, bercakaplah sepasang suami istri.
"Untuk apa kita disini?" Tanya sang istri yang duduk bersebelahan suaminya dengan tatapan heran.
"Memandang senja," jawab sang suami tenang.
Sang istri mendengus,
"Sudah kubilang, aku tidak suka senja. Aku lebih suka pagi. Bagiku senja membuatku hampa, seperti berada di kota mati sendirian ditengah para zombie. Sungguh tidak ada yang bisa kunikmati dari senja selain kegusaran,"
"Justru itu. Apakah ada pagi jika senja tak pernah ada? Bagaimana bisa kamu mensyukuri dan menikmati pagi yang kau sukai, jika senja yang kau benci tak pernah hadir untuk saling mengisi waktu yang saling berganti?
"Istriku sayang, bersyukur itu satu paket, baik untuk yang kamu senangi menerimanya ataupun yang bahkan kau segan untuk menengoknya,
"Seperti aku yang tidak sepenuhnya sempurna, yang pasti punya kekurangan sebagai manusia, namun kau mau menerimanya, hingga kini kita dapat bahagia dengan menikmati kelebihan dan kekurangan yang kita berdua punya."
Sang istripun menunduk dan menggenggam tangan sang suami. Didekatkannya ke bibir hingga air matanya tak sengaja membasahi tangan sang suami.
"Maafkan aku suamiku, terima kasih sudah menjadi pengingatku dan semoga selalu menjadi pembimbingku ke surga."
#sabtulis
Komentar
Posting Komentar