Langsung ke konten utama

Boleh Ku Pinjam Telingamu?

Kadang, aku banding membandingkan diriku dengan orang lain. Hidupku dengan orang lain. Pencapaian ku yang tak seberapa dengan orang lain.

Hingga membuatku merasa tak seberapa dan jauh tertinggal dari mereka. Meratapi kenapa langkahku tak kian maju, bahkan kadang berhenti dan pernah lagi mundur.

Ucapan, komentar ataupun ekspresi orang lain yang terkesan merendahkan, semakin menarikku dalam pada sudut sepi, gelap dan suram. Tentu itu buah hasil pikiran yang memenjarakan diriku sendiri. Kepercayaan diri yang dipupuk perlahan tiba-tiba menjadi terkikis hampir habis. Tinggalah seorang yang menarik diri dan merasa tak berguna, selain berbuat salah dan dosa.

Penghakiman orang lain atas hidup yang ku jalani, langkah yang ku pilih bahkan takdir yang belum kudapati semakin memaku ubun-ubunku kian dalam. Ingin kuteriaki mereka,

"Apa yang kalian tahu tentangku?"
"Tak usah pedulikan hidupku!"
"Kalian tidak tahu apa yang sudah ku lalui."
"Hentikan omong kosong kalian!"

Namun semua itu lagi-lagi tenggelam dalam senyap, terkubur dalam marah yang hanya aku simpan dalam hati.

Pikirku. Kalian hanya akan semakin menghakimiku dengan sebutan:

GILA

ataupun

STRESS

ataupun

DEPRESI

Siapa kalian menilai hidupku. Itu pikirku. Tak ada empati tersisa untukku. Untuk sekedar merasakan belit yang menyesakanku atau sekedar meminjamkan telinga untuk mendengarkan. Kalian hanyalah manusia yang ingin didengarkan segala ceritanya, namun lupa menjadi pendengar. Kalian hanya melengos pergi, saat sepatah kata baru dikeluarkan. Atau memotongnya dengan cerita baru kalian yang memaksaku menutup kembali rapat-rapat suara. Padahal aku hanya ingin di dengarkan dan ditanggapi dengan:

"It's okay, gapapa.. kamu bisa menghadapinya"

Begitulah tulis Dira. Sambil terisak dengan guratan ballpoint yang dalam hingga menyisakan jejak di meja kayu sudut kamarnya. Ia meredam emosinya sudah sekian lama. Hingga akhirnya tak lagi mampu ditampungnya.

Jendela apartemennya di lantai 15 itu sudah terbuka dan membiarkan angin malam berbisik. Dinginnya jangan ditanya.. namun amarah di hati Dira, justru membuatnya berkeringat namun menggigil.

Di akhir kertas yang sedang ditulisnya, ia meninggalkan kata-kata terakhirnya.

Sampai Jumpa di Padang Mahsyar. Jika Kita bertemu,

*Bersambung ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

You Don't Need to Be Perfect

"Hey, kamu itu cantik. Ga usah malu atau minder" Buat para cewek nih, ada yang pernah ngomong sendiri di depan kaca ga kayak gini? Atau.. "Kamu ga apa-apa, kamu baik-baik Aja" ngomong gini ke diri sendiri saat sebenernya ya kamu lagi ga baik-baik Aja. Apa kamu akan ngerasa lebih baik dengan membohongi diri sendiri dengan kata-kata bak oase ? Tau ga? Kamu ga akan langsung berubah jadi cantik seperti artis-artis wanita korea yang kulitny sebening susu. Atau kamu ga akan tiba-tiba menjadi lega, dengan berpura-pura beban atau masalah kamu itu sepele atau menipu itu tidak akan membuat kamu patah, walau nyatanya remuk sudah hatimu itu. Kalau ga cantik emang kenapa? Masalah? Ga cantik bukan dosa. Selama masih ada 2 Mata, 2 hidung, 2 telinga dan 1 mulut, udah Alhamdulillah banget bukan? Ga ada dalilnya ga cantik masuk neraka. Begitupun hidup ga harus selalu tampak bahagia dan ketawa. It's okay to feel not okay dear. Ga ada gunanya menghindar dari masalah dan memaksa dir...

Bersyukur

Syukur.. Kata yang begitu singkat dan sederhana untuk diucapkan namun punya pemaknaan yang dalam dan kadang kala tidak sesedarhana dalam penerapannya. Kamu tahu bahwa bersyukur dapat menyederhanakan rumitnya permasalahan yang menyempitkan hati? Namun sayangnya kodrat manusia sebagai pengeluh sering memburamkan syukur sehingga tak terlihat pandangan akal. Syukur pun bukan hanya saat didatangkan hadiah berlimpah atau kemenangan besar. Namun syukur baiknya ada saat semua terasa sempit, dan ini akan terasa sangat nikmat. Seperti pagi ini, saat aku lupa membawa uang untuk ongkos angkot, dan tanpa diduga ada uang tersisa dengan nominal sejumlah ongkos angkot itu, tidak kurang, tidak lebih. Percayalah selalu ada sela pada keluhmu untuk bersyukur. Karena bersyukur akan melapangkan hatimu dan menjadikannya samudera luas yang tak akan terusik oleh riak tangan manusia. Dan kejadian pagi ini juga membuktikan bahwa Allah telah menjamin rezeki hambaNya, tidak kurang dan tidak lebih, sesuai ke...

Manusia Namanya

Kamu tau ga,  kalau Allah berulang kali menyelamatkanmu Menarik tanganmu dari tepi jurang Dan mengangkatmu erat dalam keselamatan Allah pun sering menyembuhkanmu Menyusun kepingan jiwamu yang remuk Dan membingkainya kembali  Dengan penuh kasih dan sayangNya Namun, kita, manusia, terlalu bodoh Terlalu bodoh untuk menjatuhkan diri, Meremukan diri sendiri setelah berulang diselamatkan Setelah jatuh, patah dan Tak berdaya.. Kamu menyeru dari dasar jurang dalam, Lagi gelap dengan penuh Luka.. "Ya Rabb, tolong aku"