"Lama tak berjumpa," ucapnya diiringi suara seruput kopi dari cangkir yang masih membawa asap. Tatapannya mengangkat perlahan pada lawan bicara didepannya.
"Iya, sangat lama." Pria berambut hampir sebahu menjawabnya. Tak lama sepotong cookies menari-nari dimulutnya.
"Ada apa? Ku kira kita tak memiliki keperluan untuk bertemu lagi." Katanya seraya menarik bahunya bertopang pada punggung kursi. Tangan kirinya menyanggah kepala kirinya. Ekspresinya begitu datar namun tatapan tajam pada lawan bicaranya itu.
Pria didepannya melumatkan cookies di mulutnya dengan secangkir cappuccino berukir daun pakis di atasnya.
"Aku merindukanmu"
Wanita itu terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Omong kosong,"
Pria itu mencondongkan badannya ke depan.
"Tak kah kamu ingin bertemu denganku? Bukankah dulu kamu yang memohonku untuk tetap tinggal?"
Sebelah alisnya naik sambil mengaduk-aduk kopi yang baru saja ia tambahkan gula.
"Kamu pikir aku akan tetap sama? lalu kau harap aku akan tetap sama seperti dahulu? Seperti kelinci manis yang selalu menurut, tersenyum dan ... datang padamu? Tidak."
"Kamu berubah,"
"Ya. Tentu. Dunia berubah, begitupun aku, dan kau juga pastinya. Jangan mengharapkan semua tetap sama. Aku bukan lagi kelinci manismu yang dulu."
Wanita itu bangkit dan memakai jaketnya.
"Ku harap kita tak Kan bertemu lagi. Selamat tinggal."
Komentar
Posting Komentar