dua momentum itu telah merubah matahari
cerah membeku dalam lapisan es tak biasa
ya, hanya dua momentum sederhana namun
berakibat luar biasa
walau sudah terkungkung es, matahari itu masih
bersinar
bukan lagi sinar yang menghangatkan, namun
sinar dingin yang menusuki tulang-tulang
matahari terjebak dalam penjara tak berpintu
terduduk ringkih tak berdaya dalam ruang semu
matahari menatap sendu kepada bumi,
"apa yang harus aku lakukan?
aku tak mau membuat mereka mati karena
sinarku yang tak lagi hangat memeluk, sinarku
kini telah berubah,kini ia hanyalah pemadam
harapan,penghapus mimpi"
matahari menutup matanya, dan menarik
sinarnya perlahan, hingga redup, redup dan
gelap gulita
kini matahari tak hanya terpenjara dalam ruang
es, namun juga tenggelam dalam ketakutan
tak bergeming, tak bersuara
posisinya pun tak berubah sejak pertama ia tutup
mata
dalam batinnya, berulang ia gumamkan
"bagaimana caranya aku keluar dari belenggu ini?
mengapa aku sungguh tak berdaya?"
namun perenungan tak berbatas waktu itu,
seakan menjadi petaka
petaka niatnya untuk menyelamatkan, berubah
menjadi melumatkan
bumi kehilangan porosnya,
bumi dan planet lain berbondong-bondong
menyebrang ke galaksi lain yang masih memiliki
bintang bersinar
dan matahari tetap meringkuk dalam sepi bersama
kesendiriannya.
kala sepi itu,
tak berani bintang-bintang mendekati
terbuatlah lingkaran para anggota semesta tersebut
untuk menghindar dan pergi dari matahari
karena, kala bintang lain mendekat,
aura sang penjara matahari itu tak akan segan membekukan
membekukan bintang-bintang menjadi kepingan debu angkasa
hingga terserak kepada lubang hitam nan menakutkan
sebuah bintang kecil nan tubuhnya telah runtuh sebagian,
menghampiri penjara kutukan es sang matahari,
berulang kali ia menabrakan dirinya pada penjara itu,
hingga tubuhnya kian terkikis dan terkikis
matahari yang terlelap dalam ketakutannya,
kini membuka mata
"goncangan apa ini? apa yang terjadi?"
saat ia membuka mata dan melihat jagat raya,
ia sadar, ia telah sendiri
semua telah pergi, namun ia bertanya-tanya tentang apa yang mengguncangnya
sebuah bintang kecil nan ringkih terus giat berusaha
"hey matahari, bangunlah! apakah kau selamanya mau seperti ini?
menyendiri dalam kegelapan dan kedinginan?"
matahari membuka matanya lebih lebar
ia menatap bintang kecil itu dengan penuh keheranan
"siapa kau? apa yang kau lakukan?"
dalam nafasnya yang terengah,
bintang kecil sesaat berhenti dan bersiap dengan jawabannya
"aku vega, aku hanya berusaha membangunkanmu. tidakkah kau tau apa yang diperbuat oleh selaput dinginmu itu kepada bintang lain?"
"apa maksudmu?"
matahari masih berputar pada labirin kebingungannya
"aku tak melakukan apa-apa, aku hanya diam."
"itulah salahmu, diammu itu, telah membuat selaputmu itu menghancurkan segalanya,
beribu bintang, terutama bintang kecil sepertiku mati dalam ketidak berdayaan,
kami hancur menjadi debu yang tak berarti
dan hilang dalan ketiadaan.
dan kau hanya diam membiarkan selaputmu melakukan itu semua? kau sunggu kejam.
jika kau tak hendak mengeluarkan dirimu dari selaput itu, aku yang akan mengeluarkanmu"
bintang kecil itu, vega, kembali membenturkan dirinya
pada dinding beku yang kian mengikis tubuhnya.
"hentikan vega, kau bisa mati karenaku."
vega tak mendengarkan, tubuhnya kini hanya seperempat bagian
hingga lelah dan kekuatannya
telah terkikis habis tak kuasa
vega terjun bebas dalam jagat raya tak bertepi
entah kemana tubuhnya akan berbaring
dalam kekhawatiran, matahari menyaksikan vega hingga hilang dari peredaran
kesedihan, kemarahan dan tekadnya memuncah
sejenak ia memejamkan mata dan meledakan kemampuannya
dalam sekejap, penjara itu mencair menjadi butiran air melayang di semesta
matahari menyelami gelapnya semesta
mencari tubuh mungil vega yang hilang entah kemana
terlihat cahaya biru di ujung sana
berkelip lemah nan kian meredup
matahari mempercepat lajunya,
ia meluncur melebihi kecepatan cahaya,
menembus segala ruang
hingga akhirnya berhasil memeluk erat nan hangat sang bintang kecil, vega
"sungguh, tubuhmu yang lebih kecil dariku,
memiliki jiwa yang lebih kuat dariku."
"sungguh tak ada yang dapat mengeluarkanmu dari belenggu itu,
selain dirimu sendiri, matahari"
matahari memeluk kian erat dan erat sang vega
cahaya biru itu kembali bersinar cerah dan bertenaga
matahari pun bangkit dari kegelapan jiwanya
dibangunnya peradaban baru,
bukan lagi bersama kumpulan planet yang lari pergi itu,
tapi peradaban gugusan bintang baru,
tentu, bersama Vega si bintang biru
Komentar
Posting Komentar